Made to be Made Again

Poenya Nyonya Anina :

Handmade, homemade, heartmade.

Apabila Anda melewati jalan Raya Tenggilis atau jalan Telaga Utama Citraland di Surabaya, tentu pernah melewati sebuah resto dengan palet warna hijau putih bertuliskan Poenya Nyonya Anina. Dengan tagline “Sajian Nusantara yang Ingatkan Kau Akan Rumah dan Keluarga”, Poenya Nyonya Anina membalut menu masakannya dengan nuansa kekeluargaan yang semakin langka ditemukan di kota besar seperti Surabaya. 

Pable berkesempatan menggali kisah Poenya Nyonya Anina dari sang pemilik, Alesya atau biasa dipanggil Echa. Echa menyambut kami sama hangatnya dengan atmosfer restorannya, dan duduk bersama kami untuk membagi ceritanya. Echa, seorang entrepreneur muda kelahiran 1999, mengaku bahwa dirinya sudah memupuk jiwa kewirausahaannya sejak dini, ketika dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar. Pengalamannya berjualan di sekolah secara tidak langsung membangkitkan semangatnya untuk kemudian terjun di dunia FnB ketika menginjak dewasa. Awalnya, Echa bersama keluarga membuka Poenya Nyonya Anina di teras sebuah ruko di area G-walk Surabaya. Berawal dari petak kecil dengan hanya delapan meja, Poenya Nyonya Anina menghadapi berbagai tantangan layaknya bisnis FnB lainnya, dan berhasil bertahan hingga kini memiliki dua lokasi strategis di jalan Raya Tenggilis dan Citraland. 

Keberhasilan ini bukan tanpa perjuangan, tentu saja. Konsistensi dan dedikasi Echa dan keluarga terhadap nilai-nilai yang mereka pegang teguh menjadi penentu.

Compassionate

Dari mulai konsep restoran, penamaan menu, hingga hubungan dengan pekerja, seluruhnya dilandasi dengan nilai cinta kasih dan kekeluargaan. Nama Poenya Nyonya Anina sendiri datang dari Sang Ibu, Anina, yang selain melambangkan bahwa PNA didirikan atas cerminan dari kebaikan ibu, nama ini juga tergolong unik karena merupakan palindrom, yaitu kata yang apabila dibaca dari belakang tetap sama. Pemilihan nama Sang Ibu juga bukan tanpa maksud. Nyonya Anina sendiri memiliki beragam resep keluarga yang mewarnai masa kecil Echa dan saudara-saudarinya; sebut saja nasi ulam yang biasa Sang Ibu siapkan sepulang sekolah naik angkot. Memori-memori ini lah yang membuat Echa merasa bahwa restorannya perlu dibangun dari sentimen yang sama, yaitu cinta kasih dan kekeluargaan. Penamaan menu pun, Echa menjelaskan, berasal dari pengalaman pribadi keluarganya, seperti bagaimana Nasi Campur Bapak tercipta dari sebutan nasi campur kesukaan Sang Ayah yang terdiri dari nasi, ayam goreng koya, dan sayuran rebus. Meskipun pada awalnya PNA membuat citra sebagai rumah makan hidangan Jawa Barat, Echa menyadari bahwa ada terlalu banyak twist dan sentuhan pribadi di dalam menu-menunya sehingga ia mengganti citra tersebut. Selain itu, PNA selalu memanusiakan para pekerjanya, sehingga tak jarang pekerja di PNA betah hingga bertahun-tahun dan PNA menyaksikan perkembangan individu mereka. Contohnya adalah Intan yang berawal dari waitress, dan kini menjadi General Assistant Manager di PNA. Menurut Echa, bisnis tidak melulu soal profit. Merupakan keuntungan dan kebahagiaan tersendiri apabila ia bisa membersamai pekerjanya dan menjadi saksi serta pendukung mereka mencapai milestones baru dalam hidup.

People-oriented

Berangkat dari nilai kekeluargaan tadi, Echa bertekad untuk membuat tamunya merasakan juga koneksi yang ia coba bangun. Ia menanamkan pada pekerjanya dari mulai kitchen hingga waitress, bahwa pengalaman pelanggan harus diutamakan sejak mereka duduk hingga meninggalkan restoran. Apabila ada kritik dan masukan terhadap menu atau apa pun, Echa akan menerimanya dan mengolah kritik tersebut hingga sesuai dengan apa yang pelanggan mau. Hal ini merupakan sebuah proses yang kontinyu. 

 

Selling point yang organik

 Satu hal yang selalu Echa syukuri ketika diwawancarai oleh Pable, adalah bagaimana Tuhan sepertinya telah menggariskan hidupnya dan keluarganya demi Poenya Nyonya Anina. Sesuatu yang keluarganya miliki, yang menurut Echa bisa diceritakan tanpa habis, adalah unique selling point yang organik dan tidak dibuat-buat. Seluruh menunya memiliki kisah latar belakang yang nyata, tiap konsep telah dipikirkan matang-matang termasuk nama, logo, dan lain-lain. Hal ini membuat PNA dapat menyajikan hidangan yang bukan hanya tinggi kualitas, namun juga hangat dan sarat makna. 

 

Timeless

 Poenya Nyonya Anina mendesain bisnisnya di atas dasar-dasar yang serupa dengan Pable; nilai yang berasal dari hati. Profit tentu masih menjadi pertimbangan, namun tujuan akhir lebih dari itu. Membangun bisnis yang tidak hanya berorientasi terhadap keuntungan namun juga kehangatan koneksi manusia sebagai moda pengantar kebajikan, menghasilkan kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan nilai mata uang mana pun.